KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Beton Sebagai Teknologi Bahan Kontruksi
“. Pada makalah ini Penulis banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi
dan pengarahan dari berbagai pihak . oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh
dari sempurna, untuk itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan
terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang
membaca…
Taluk Kuantan, Januari 2016
Mezaldi Panji
Nim :
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................... i
Daftar
Isi........................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1
Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3
Tujuan.................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
2.1
Sejarah Penemuan Beton..................................................................... 3
2.2
Pengertian Beton................................................................................. 3
2.3
Sifat-Sifat Beton................................................................................. 5
2.4 Bahan-Bahan Penyusun Beton........................................................... 6
BAB
III KESIMPULAN.............................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
belakang
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal
bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang
merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan
atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur
atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda
menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana
peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang
dijumpai di Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak
zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat
bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis.
Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat
teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya
Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan
pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya
yang khas dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains
material yaitu suatu cabang ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan
pengetahuan yang mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan material
dengan sifat-sifat kegunaannya.semen termasuk material yang sangat akrab dalam
kehidupan kita sehari-hari.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah sejarah singkat penemuan beton?
2. Apa pengertian beton?
3. Bagaimana sifat-sifat beton?
4. Apa saja bahan-bahan penyusun beton?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah
sejarah singkat penemuan beton?
2. Untuk mengetahui apa pengertian
beton?
3. Untuk mengetahui bagaimana
sifat-sifat beton?
4. Untuk mengetahui apa saja
bahan-bahan penyusun beton?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Penemuan Beton
Sejarah penemuan teknologi beton
dimulai dari :
•
Aspdin
(1824) Penemu Portland Cement;
•
J.L
Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan dua bahan
konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama memikul beban);
•
F.
Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap,
pipa dan kubah;
•
Gustav
Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang sebagai
penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban akibat
berat sendiri;
•
Neuman
melakukan analisis letak garis netral;
•
Considere
menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan
•
Freyssinet
memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.
2.2 Pengertian
Beton
Beton adalah campuran antara semen,
agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum beton berarti
campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat
semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air,
maupun perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada
penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara
tepat. Kebaikan dan keburukan beton dibandingkan dengan bahan bangunan lain
adalah sebagai berikut.
A. Kebaikan Beton
1) Harganya relatif murah karena
menggunakan bahan lokal.
2) Mempunyai kekuatan tekan yang
tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh
kondisi lingkungan.
3) Adukan beton mudah diangkut maupun
dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai keinginan.
4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan
dengan baja akan mampu memikul beban yang berat.
5) Adukan beton dapat disemprotkan di
permukaan beton lama yang retak maupun diisikan ke dalam retakan beton dalam
proses perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke tempat yang posisinya
sulit.
6) Biaya perawatan yang cukup rendah
karena termasuk tahan aus dan tahan kebakaran.
B. Kekurangan Beton
1) Beton memiliki kuat tarik yang
rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan, atau
tulangan kasa (meshes).
2) Adukan beton menyusut saat
pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk stuktur yang
panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.
3) Beton keras (beton) mengembang dan
menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga perlu dibuat dilatasi untuk
mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4) Beton sulit untuk kedap air secara
sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan
garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail)
sehingga harus dihitung dan di detail secara seksama agar setelah
dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada
struktur tahan gempa.
2.3 Sifat-Sifat
Beton
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton,
maka pengetahuan tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang
telah mengeras perlu diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain.
A.
Kuat
Hancur
Beton
dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih tergantung
pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur dari beton
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan
tingkat pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya yaitu:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi
kekuatan rata-rata dan kuat batas beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang
permukaan agregat. Kenyataan menunjukan bahwa penggunaan agregat akan
menghasilkan beton, dengan kuat desak maupun tarik yang lebih besar dari
penggunaan krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing).
Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila pengeringan diadakan sebelum
waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting oada pekerjaan lapangan dan
pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan
pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat
hancur beton akan tetap rendah untuk waktu yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal
kekuatan beton akan bertambah dengan umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan
tergantung pada jenis semen.
B. Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi
yang direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan.
Dalam hal ini perlu pembatasan nialii faktor air semen maksimum maupun
pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan.
C. Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak
pada waktu umurnya masih muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya
tidak diperhitungkan di dalam perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian
penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu.
Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton konstruksi jalan raya dan
lapangan terbang.
1. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton adalah
perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan beton biasanya ditentukan
pada 25-50% dari kuat tekan beton.
2. Rangkak (Creep)
Merupakan salah satu sifat beton
dimana beton mengalami deformasi terus-menerus menurut waktu dibawah beban yang
dipikul.
3. Susut (Shrinkage)
4. Merupakan perubahan volume yang
tidak berhubungan dengnan pembebanan.
D. Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang
ditentukan oleh kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran,
pemadatan, dan finishing. Atau workability adalah besarnya kerja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.
2.4 Bahan-Bahan
Penyusun Beton
Adapun
Bahan-Bahan Penyusun Beton Antara Lain Adalah Semen Dan Agregat :
1)
Semen
Semen adalah bahan organik yang
mengeras pada percampuran dengan air atau larutan garam. Jenis-jenis semen
menurut BPS adalah :
a) semen abu atau semen portland adalah
bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu
kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan
tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini
berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe,
yaitu tipe I sd. V.
b) semen putih (gray cement) adalah
semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan
penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini
dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c) oil well cement atau semen sumur
minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi
atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.
d) mixed & fly ash cement adalah
campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash)
merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous
silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi
jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga
menjadi lebih keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah
semen portland. Semen portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk
halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama
terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips
sebagai tambahan.
Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis
semen portland biasa (ordinary cement portland), yaitu semen portland yang
digunakan untuk tujuan umum. jenis semen portland dapat dibagi menurut beberapa
segi yaitu: Segi kebutuhan khusus dan Segi Penggunaan.
a. Segi kebutuhan khusus
Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada
jenis semen yang memiliki tujuan penggunaan khusus seperti berikut.
·
Semen
portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland cement),semen jenis ini
umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau C3A yang tinggi . dalam
standar semen ASTM, semen jenis ini termasuk semen Portland type III.
·
semen
Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini
mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar
tricalsium aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat sedang
adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat adalah maksimum 5%. Semen ini tahan
terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam sulfat. Yang dimaksud
sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, rawa, dan
sebagainya, dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini termasuk semen
portland type II A dan type V.
·
semen
Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa (85-60 %)
dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda yang bersifat
pozzolan (seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar, atau fly
ash). Penggunaan adalah pada bangunan yang mendapat gangguan garam sulfat atau
panas rendah. Bila bahan yang dicampurkan terak dapur tinggi, disebut semen
portland terak dapur tinggi.
·
semen
Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki kadar C3S
maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini memiliki derajat pengersan
yang lambat dan panas yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan dengan semen
lain. Penggunaannya terutama terbatas pada turap penahan tanah gravitasi,
bendungan besar, dan konstruksi beton pejal di mana suhu massa beton naik.
Semen ini dalam standar ASTM termasuk semen portland type IV.
·
masonry
Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur dengan bubuk batu
atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen jenis ini adalah untuk aduk
pasangan.
·
Semen
Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan dasarnya
mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen ini dibatasi
maksimum 0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna tua pada semen.
Semen ini mempunyai sifat yang biasa dengan semen portland biasa. Proses
pembuatan semen ini memerlukan ketelitian tinggi dan bahan dasarnya mahal oleh
karena itu, harga semen putih lenih mahal daripada semen biasa, kira-kira satu
sampai empat kali smen portland biasa.
b. Segi Penggunaan
Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society
for Testing and Material) semen portland dapat dibedakan menjadi lima.
·
Jenis
I
Semen
portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis semen portland
untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan sifat-sifat
khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan bata, dan sebagainya. Semen
ini merupakan semen yang paling banyak digunakan yaitu 80-90% dari produksi
semen portland.
·
Jenis
II
Semen
pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan
keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini biasanya
digunakan pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa,
pelabuhan,jembatan besar, bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai,
saluran-saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga dapat digunakan
untuk bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat
agak tinggi.
·
Jenis
III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early
–strength-portland-cement). Semen jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam
waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk pembuatan beton pracetak,
perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang
acuannya perlu segera dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
·
Jenis
IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat
port land cement) jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang
memerlukan panas hidarasi serendah-rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi
yang terjadi (penyebab retak), maka pada semen jenis ini senyawa C3S dan C3A
dikurangi. Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh lambat. Semen jenis
ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut:
-
Konstruksi DAM
-
Basement
-
Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
·
Jenis
V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland
cement). Jenis ini merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan
pada bangunan-banguan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air yang kadar I
alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen biasa.
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
a) Proses basah : semua bahan baku yang
ada dicampur dengan air, dihancurkan dan diuapkan kemudian dibakar dengan
menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang
digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik
penggilingan dan blending kemudian dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses
ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
c) proses pengeringan dan penggilingan
bahan baku di rotary dryer dan roller meal.
d) proses pencampuran (homogenizing raw
meal) untuk mendapatkan campuran yang homogen.
e) proses pembakaran raw meal untuk
menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi yang dibutuhkan untuk
pembuatan semen).
f) proses pendinginan terak.
g) proses penggilingan akhir di mana
clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan
karena pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga
menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang
larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali,
fosfor, dan kapur bebas.
2)
Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber
daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses
pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh
dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang
dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat
kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang
diizinkan tergantung pada maksud pemakaian. Pada teknologi beton, agregat
terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;
A. Ditinjau dari asalnya
a. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau
hasil penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan
beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya
masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran
yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena
perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat
alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
1. kerikil dan pasir alam agregat jenis
ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari batuan induknya. Seringkali
agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air atau angin, dan
mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air
berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya
pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam
penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan
butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat
tersebut.
2. Agregat batu pecah,Jenis batu yang
baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang kompak. Di dalam pemakaiannya,
batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena luas bidang permukaannya relatif
lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan
faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen
sedikit lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam.
kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat
perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang halus.
Macam-macam batu yang cocok digunakan untuk agregat beton yaitu:
a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi
yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat. Semakin keras dan padat jenis
batu kapur ini semakin cocok untuk pembuatan beton.
b) Batu api. Meliputi granit, basalt,
dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah keras ulet dan padat sehingga
merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt merupakan batu api yang
menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus karena pendinginan yang
cepat pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur butir kristal yang
halus dan mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit bilamana digunakan untuk
beton dapat menyebabkan retak-retak dan menggangggu penggunaannya. Diketahi
bahwa batu ini mengembang dan menyusut sesuai dengan kelembaban.
c) Sandstone. Sandstone bervariasi
mulai dari yang paling keras dengan komposisi butiran yang berdekatan , sampai
yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas, seperti batu tulis yang
berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya menjadi lunak, gampang pecah
dan daya serapnya tinggi.
d) Batu tulis biasanya agregat yang
tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan daya serapnya tinggi. Selain itu
bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-partikel ini sulit dipadatkan di
dalam beton.
e) Batuan metamorforsa, bervariasi
dalam karakternya. Marmer dan quartzites biasanya pejal, padat, serta cukup
ulet dan kuat.
3. Agregat batu apung ,merupakan
agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan. Penggunaan batu apung harus
bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya
lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.
BAB III
KESIMPULAN
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat
kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa
padat. Bahan penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi
yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada
bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di
Indonesia. Disamping mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton
mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur
teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan
bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha
paul, antoni, 2007: Teknologi Beton , Jakarta : Andi
Allen,
Edward, 2005, Dasar-dasar Konstruksi Bangunan Bahan-bahan dan Metodenya,
Jakarta : Erlangga
SNI
T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Bandung :
LPMB
Tirta,
Danu G, 1999, (Diktat Kuliah) Teknologi Beton Lanjut, Bandung : Universitas
Katolik Parahyangan.
Rosman Ir,
Ahmad, 2007, Bahan Bangunan Sebagai Dasar Pengetahuan, Jakarta ;Bangun cipta
Tim
Penyusun. 1999. Struktur Beton. Semarang: Badan Penerbit Universitas Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar