Selasa, 29 Maret 2016

makalah hubungan ekosistem dan hubungan dengan peternakan



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah penulis yang berjudul “ Konsep Ekosistem “. Pada makalah ini penulis banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak .oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
           





                                                                     



Taluk Kuantan,    November 2015


   Penyusun

 


DAFTAR ISI


Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 3
2.1 Pengertian Ekosistem Secara Luas.................................................................... 3
2.2 Komponen Ekosistem Dan Interaksi Antar Komponen.................................... 5
2.3 Keseimbangan Ekosistem.................................................................................. 10
2.4 Hubungan Ekosistem Dengan Peternakan......................................................... 11
BAB III PENUTUP..................................................................................................... 14
3.1  Kesimpulan....................................................................................................... 14
3.2  Saran................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 15














BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara tamu dengan lingkungan. Ekosistem dapat dianggap sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara semua elemen lingkungan yang mempengaruhi satu sama lain.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit Biosystems melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju struktur biotik tertentu dan ada siklus material antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi ada.
Dalam ekosistem, organisme berkembang di masyarakat bersama-sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk hidup. Ide ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, dalam mikroorganisme tertentu, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem kontrol yang menjaga negara di bumi cocok untuk kehidupan”.
Kehadiran, kelimpahan dan distribusi spesies dalam ekosistem ditentukan oleh ketersediaan sumber daya serta kimia dan kondisi fisik dari faktor-faktor yang harus berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, ini disebut hukum toleransi . Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun memiliki toleransi yang sempit terhadap makanan, yaitu bambu. Dengan demikian, panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan itu hadir dalam ekosistem bambu sebagai sumber makanan.





1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian ekosistem secara luas?
2.      Seperti apa komponen ekosistem dan interaksi antar komponen?
3.      Bagaimana keseimbangan ekosistem?
4.      Apakah hubungan ekosistem dengan peternakan?

1.3    Tujuan Makalah
1.      Untuk mengetahui apa pengertian ekosistem secara luas.
2.      Untuk mengetahui seperti apa komponen ekosistem dan interaksi antar komponen.
3.      Untuk mengetahui bagaimana keseimbangan ekosistem.
4.      Untuk mengetahui apakah hubungan ekosistem dengan peternakan.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Ekosistem Secara Luas
Istilah Ekosistem pertama kali dipopulerkan oleh A.G Tansley (1935), sebelumnya, pengertian ekosistem disamakan dengan pengertian Bioconenosis oleh Karl Mobius. S.A. Forbes (1887) menulis tentang mikrokosmos yang juga mempunyai definisi yang sama dengan pengertian ekosistem. Ekosistem juga diartikan sebagai holocoen oleh Friedrichs (1930), Thienemann (1939) sebagai biosistem, Vernadsky (1944) sebagai bioenert body.
Pengertian Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara kompleks yang di dalamnya terdapat habitat, tumbuhuan, dan binatang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh, sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi. Bahkan ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi karena merupakan kesatuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap, memiliki relung ekologi secara lengkap, serta di dalamnya terjadi proses ekologi secara lengkap, sehingga di dalam ekosistem siklus materi dan arus energi berjalan sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Dengan demikian, ekosistem dapat juga didefinisikan sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Semua ekosistem, baik ekosistem terestrial (daratan) maupun akuatik (perairan) terdiri atas komponen komponen yang dapat dikelompokkan berdasarkan segi trofik dan segi struktur dasar ekosistem. Berdasarkan segi trofik, komponen biotik dalam ekosistem terdiri atas dua komponen, yaitu autotrofik dan komponen heterotrofik.
Berdasarkan segi struktur dasar ekosistem, semua ekosistem terdiri atas empat komponen antara lain komponen abiotik (nonhayati), komponen produsen, komponen konsumen (ada konsumen pertama, konsumen kedua, konsumen ketiga, dan mikrokonsumen), dan komponen pengurai (decomposer dan transformer).
Ekosistem sekaligus sebagai habitat (tempat hidup) organisme yang ada di dalamnya. Di dalam habitat, setiap organisme mempunyai cara tertentu untuk hidup. Cara hidup organisme seperti itu disebut relung atau niche yang menunjukkan peranan fungsional dan posisi organisme dalam ekosistem. Relung, yaitu posisi atau status organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tetentu.
Berdasarkan UU Lingkungan Hidup tahun 1997, ekosistem merupakan tatatan kesatuan cara yang utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
Di bumi terdapat berbagai macam ekosistem yang di tempati oleh berbagai makhluk hidup yang memiliki peran masing-masing. Dalam suatu ekosistem terdapat organisme tertentu yang mendominasi ekosistem tersebut. Contohnya, ekosistem padang rumput yang didominasi oleh tanaman rumput.
Di dalam ekosistem terjadi proses yang disebut siklus materi dan aliran energi. Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi yang dimiliki oleh setiap organisme adalah energi kimia yang diperoleh dari makanannya dalam bentuk protein, karbohidrat, lemak dan sebagainya. Energi tersebut diciptakan pertama kali pada tingkatan produsen dengan mengubah energi matahari ke dalam bentuk energi potensial. Perlu diketahui bahwa energi di dalam ekosistem ini tunduk pada hukum termodinamika, yaitu hukum termodinamika I dan hukum termodinamika II. Aliran energi dalam ekosistem akan selalu seirama dengan siklus materi.
Kedua proses tersebut berjalan melalui rantai makanan dan jejaring makanan. Di samping itu, di alam juga terjadi siklus biogeokimia yaitu peredaran bahan abiotik dari lingkungan melalui komponen biotik dan kembali lagi ke lingkungan. Siklus biogeokimia dikelompokkan ke dalam tipe siklus gas (gas karbon, nitrogen, belerang), siklus padatan / Siklus sedimen (fosfor), dan tipe siklus air (hidrologi).

2.2 Komponen Ekosistem Dan Interaksi Antar Komponen
A. Komponen Ekosistem
Ekosistem merupakan interaksi bolak-balik antar makhluk hidup (biotik) dengan lingkungannya (abiotik). Ilmu yang mempelajari tentang ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari bahasaYunani, yaitu oikos yang artinya rumah, dan logos artinya ilmu. Jadi, ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang interaksi antarmakhluk hidup dan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Sebelum mempelajari tentang komponen ekosistem, kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan individu, populasi, komunitas, dan habitat. Individu adalah satu makhluk tunggal, contohnya seekor burung. Populasi adalah kumpulan dari individu yang sama yang menempati suatu tempat tertentu. Tempat hidup suatu makhluk hidup disebut habitat. Kumpulan populasi akan membentuk suatu komunitas. Kumpulan komunitas akan membentuk suatu ekosistem.
Dalam suatu ekosistem terjadi interaksi atau hubungan antara makhluk hidup dengan makhluk hidup sejenisnya, dengan makhluk hidup lain jenis, maupun interaksi dengan lingkungannya berupa makhluk tak hidup, seperti: air, udara, tanah, cahaya matahari, suhu, angin, dan kelembapan.
Komponen ekosistem dibagi menjadi dua macam, yaitu komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah komponen yang berupa makhluk tak hidup. Sedangkan, komponen biotik adalah komponen yang berupa makhluk hidup.
A.    Komponen Abiotik
Komponen a biotik m erupakan komponen ekosistem berupa benda tak hidup yang terdapat di sekitar makhluk hidup. Komponen abiotik yang berpengaruh pada ekosistem, antara lain:
1.      Cahaya Matahari
Cahaya matahari merupakan faktor abiotik yang terpenting untuk  menunjang kehidupan di bumi. Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi tumbuhan yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Cahaya matahari juga memberikan rasa hangat untuk semua makhluk.
2.      Udara
Udara merupakan komponen abiotik yang sangat diperlukan makhluk hidup. Hewan dan manusia menggunakan oksigen yang terdapat di udara untuk bernapas dan mengeluarkan karbon dioksida ke udara. Sedangkan, tumbuhan mengambil karbon dioksida dari udara untuk proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan. Oksigen ini dilepaskan ke udara untuk digunakan oleh semua makhluk hidup. Dengan demikian, terjadilah perputaran zat yang berlangsung terus menerus. Peristiwa ini menunjukkan adanya saling keter-gantungan dan saling membutuhkan antara makhluk hidup dan lingkungannya.
3.      Suhu
Suhu sangat mem pengaruhi lingkungan dan kehidupan makhluk hidup di lingkungan tersebut. Ada makhluk hidup yang mampu hidup di lingkungan dengan suhu rendah, ada pula makhluk hidup yang mampu hidup di lingkungan dengan suhu tinggi.
4.      Air
     Air merupakan faktor abiotik yang sangat penting untuk menunjang suatu kehidupan. Semua sel dan jaringan terdiri atas air. Air merupakan media pelarut zat-zat yang dibutuhkan dan media pengangkut dalam tubuh hewan dan tumbuhan. Air juga merupakan suatu bentuk habitat bagi makhluk hidup, seperti: danau, sungai, dan laut. Air sangat mempengaruhi proses kehidupan.
5.      Tanah
Tanah berfungsi sebagai  tempat hidup berbagai makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Di dalam tanah terdapat zat hara yang merupakan mineral penting untuk mempertahankan proses di dalam tubuh, terutama bagi tumbuhan. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya berbeda.
B.     Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen ekosistem berupa berbagai makhluk hidup yang ada di dalam suatu ekosistem. Tiap komponen memiliki peranan masing-masing yang erat kaitannya dalam pemenuhan kebutuhan akan makanan. Hal ini menyebabkan terjadinya keseimbangan di dalam ekosistem Berdasarkan peranannya di dalam ekosistem, komponen biotik dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Produsen
Di dalam e kosistem semua tumbuhan hijau adalah produsen. Tumbuhan dapat membuat makanannya sendiri dengan melakukan fotosintesis. Di dalam ekosistem air yang berperan sebagai produsen adalah fitoplankton, yang merupakan tumbuhan hijau yang amat kecil yang melayang-layang di dalam air. Fitoplankton selalu menghasilkan berton-ton makanan yang menjadi sumber makanan bagi hewan-hewan air yang lain.
2.      Konsumen
Manusia dan h ewan tidak dapat membuat makanan sendiri. Oleh karena itu, manusia dan hewan memperoleh makanan dari tumbuhan sehingga disebut konsumen. Konsumen sangat tergantung pada produsen, begitu juga sebaliknya, konsumen mempengaruhi kelangsungan hidup produsen. Karbon dioksida dari sisa pernapasan hewan dan manusia dibutuhkan tumbuhan untuk proses fotosintesis (membuat makanan). Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dibagi menjadi tiga macam, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora.
a.    Herbivora
Herbivora adalah hewan pemakan tumbuhan. Hidupnya sangat bergantung pada tumbuhan secara langsung. Makhluk hidup yang memakan langsung tumbuhan disebut juga sebagai konsumen tingkat pertama. Contoh hewan-hewan pemakan tumbuhan adalah kerbau, domba, kambing, kelinci, sapi, dan lain sebagainya.


b.      Carnivora
Carnivora adalah makhluk hidup yang memakan daging makhluk hidup yang lain. Biasanya, carnivora memakan makhluk hidup herbivora. Dengan kata lain, carnivora adalah konsumen tingkat kedua. Contoh hewan yang termasuk carnivora adalah singa, harimau, dan buaya.
c.       Omnivora
Makhluk hidup yang memakan tumbuhan dan daging makhluk hidup lain disebut omnivora. Hewan omnivora merupakan pemakan segalanya (tumbuhan dan hewan). Contohnya adalah babi dan itik.
3.      Pengurai
Pengurai atau d ekomposer adalah organisme atau makhluk hidup yang berfungsi menguraikan sampah atau sisa-sisa makhuk hidup yang mati. Pengurai berfungsi sebagai penghubung peredaran zat dari konsumen ke produsen. Zat yang telah diambil oleh konsumen dari produsen akan kembali lagi ke produsen melalui proses penguraian oleh pengurai. Dengan peristiwa pembusukan ini, zat-zat yang dulu menjadi bagian dari tumbuhan dan hewan diuraikan dan dirombak. Hasilnya digunakan oleh tumbuhan untuk membuat makanan.
Pengurai  terdiri atas makhluk hidup berukuran kecil yang hidup di tanah, air, maupun di udara. Contohnya bakteri dan jamur-jamur saprofit.
B. Interaksi Antar komponen Ekosistem
Komponen-komponen dalam ekosistem saling berinteraksi. Interaksi ini dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1.      Interaksi Antarorganisme
Setiap individu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu berinteraksi dengan individu sejenis atau lain jenis, baik dalam satu komunitas atau dengan komunitas lain. Interaksi antarorganisme dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:

a.       Parasitisme
Parasitisme ad alah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis, yang satu untung dan yang lain dirugikan. Contohnya benalu dengan inangnya. Benalu mampu berfotosintesis karena memiliki zat hijau daun, tetapi benalu menyerap air dari inangnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan inang yang ditumpangi menjadi terganggu karena kebutuhan air untuk fotosintesis berkurang sehingga makanan yang dihasilkan sedikit. Jika benalu makin tumbuh dan berkembang, maka inang dapat mengalami kematian.
b.      Komensalisme
Komensalisme ad alah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis, yang satu untung dan yang lain tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya. Anggrek hanya menempel pada pohon yang ditumpanginya untuk mendapatkan sinar matahari. Pohon yang ditumpangi anggrek tidak mengalami kerugian apapun.
c.       Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda jenis yang saling menguntungkan. Contohnya bunga dan lebah. Bunga menghasilkan madu yang disukai lebah dan lebah membantu penyerbukan bunga. Oleh karena itu, keduanya memperoleh keuntungan.
2.      Interaksi Antarpopulasi
Interaksi antarpopulasi dapat  terjadi secara langsung atau tidak langsung. Contoh interaksi antarpopulasi adalah kompetisi. Kompetisi merupakan interaksi yang memiliki kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan antarpopulasi. Misalnya, persaingan antara populasi singa dengan harimau yang memperebutkan makanan.
3.      Interaksi antara Komponen Biotik dan Abiotik
Dalam suatu e kosistem, komponen abiotik berpengaruh atau menentukan jenis makhluk hidup yang sesuai dengan lingkungannya. Sebaliknya, komponen biotik pun berpengaruh pada komponen abiotik.
2.3  Keseimbangan Ekosistem
Secara alami suatu ekosistem dalam keadaan seimbang. Keseimbangan ini akan terganggu bila ada gangguan dari luar, seperti bencana alam atau campur tangan manusia. Komponen penyusun ekosistem tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling tergantung. Suatu komponen biotik yang ada di dalam ekosistem ditunjang oleh komponen biotik lainnya. Dalam suatu ekosistem selalu terjadi perubahan jumlah populasi tumbuhan, herbivora, dan karnivora (komponen biotik).
Alam akan mengatur ekosistem sedemikian rupa sehingga perbandingan antara jumlah produsen dan konsumen selalu seimbang. Keseimbangan alam (ekosistem) akan terpelihara bila komposisi komponen-komponennya (komponen biotik maupun komponen abiotik) dalam keadaan seimbang.
Untuk menjaga keseimbangan pada ekosistem, maka terjadi peristiwa makan dan dimakan. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan populasi suatu organisme. Peristiwa makan dan dimakan antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem membentuk rantai makanan dan jarring-jaring makanan.
  1. Rantai Makanan
Proses makan dan dimakan terjadi dalam suatu ekosistem. Dalam suatu ekosistem terjadi peristiwa makan dan dimakan dalam suatu garis lurus yang disebut rantai makanan. Rantai makanan ini terjadi jika satu jenis produsen dimakan oleh satu jenis konsumen pertama, konsumen pertama dimakan oleh satu jenis konsumen kedua, dan seterusnya. Konsumen yang menjadi pemakan terakhir disebut konsumen puncak. Rantai makanan terjadi di berbagai ekosistem. Di antara rantai makanan tersebut terdapat pengurai, karena pada akhirnya semua makhluk hidup akan mati dan diuraikan oleh pengurai.
2.      Jaring-Jaring Makanan
Di alam ini satu produsen tidak hanya dimakan oleh satu jenis konsumen pertama. Tetapi, bisa dimakan oleh lebih dari satu jenis konsumen pertama, satu jenis konsumen pertama dapat dimakan lebih dari satu jenis konsumen kedua dan seterusnya.


3.      Piramida Makanan
Dalam ekosistem ya ng seimbang jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen tingkat I, jumlah konsumen tingkat II lebih banyak daripada konsumen tingkat III, demikian seterusnya. Hal ini disebabkan oleh hilangnya energi pada setiap tingkatan makanan. Jika rantai makanan digambarkan dari produsen sampai konsumen tingkat tinggi, maka akan terbentuk suatu piramida makanan.

2.4  Hubungan Ekosistem Dengan Peternakan
Sering terdapat pandangan kurang tepat melihat sumberdaya ternak dan pengelolaannya sebagai bagian berdiri sendiri. Selama ini pandangan kita hanya melihat pengembangan ternak terpisahkan dengan sektor pertanian lainnya. Pandangan ini juga terjadi di subsektor tanaman pangan. Kekeliruan pandangan seperti dikemukakan di atas menimbulkan deviasi permasalahan dalam pengembangan peternakan. Permasalahan yang dapat terjadi adalah ternak mengganggu tanaman lainnya, padahal ternak dapat dioptimalkan fungsinya sebagai sumber tenaga kerja di sub sektor tanaman pangan, dapat menghasilkan pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Akibatnya tidak jarang ternak dianggap hama, sesuatu yang keberadaannya dianggap merugikan.
Diperlukan pendekatan sistem dalam pengelolaan ternak. Pendekatan sistem adalah pendekatan yang sinergi (saling menunjang), holistik (pandangan menyeluruh, tidak parsial/sendiri-sendiri), terpadu, dan saling mengisi antar sub sistem yang ada dalam sebuah sistem. Jika pendekatan sistem ini kita gunakan untuk pengelolaan ternak, maka segala hal yang terkait dengan pengembangan ternak dalam bentuk subsistem harus sinergi seperti lahan, pakan, peternak, dll. Segala sub sistem harus terpadu dalam sebuah agroekosistem.
Sebelum kita berbicara tentang pendekatan agroekosistem dalam pengelolaan ternak terlebih dahulu kita membahas tentang bagaimana ekosistem. Ekosistem adalah sebuah sistem dan dapat dilihat secara struktural.
Jika dasar pemikiran kita melihat pengelolaan ternak melalui pendekatan sistem, maka ternak akan berada pada sebuah sistem yaitu sistem pertanian secara luas atau agroekosistem. Agroekosistem adalah sebuah sistem pertanian dimana subsistem dan subsubsistem di dalamnya saling terkait. Diketahui bahwa pertanian secara luas terdiri atas perkebunan, pertanian/tanaman pangan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Peternakan yang merupakan bagian dari agroekosistem harus bersinergi dan terpadu dengan bagian agroekosistem yang lain, khususnya saling mendukung dalam memanfaatkan sumberdaya seperti lahan.
Agroekosistem sebagai sebuah pendekatan dalam pengembangan peternakan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan pola integrasi ternak dan tanaman atau crop livestock system. Tanaman disini dapat diartikan sebagai intergrasi ternak-padi, integrasi ternak-jagung, integrasi ternak-coklat, integrasi ternak-kelapa, dll. Dalam crop livestock system keberadaan ternak dan tanaman saling terpadu dalam satu agroekosistem. Model pengembangan agroekosistem dalam pengembangan peternakan yang secara operasional dapat dikembangkan/dilakukan di tingkat petani yaitu dengan pola integrasi tanaman pangan (crop) dengan ternak sapi.
Pengembangan ternak sapi dan tanaman pangan dalam sebuah agroekosistem tidak dapat dipisahkan dengan potensi dan kemampuan manusia (peternak/petani). Manusia sangat bergantung juga dengan tanaman padi dan ternak sapi sebagai sumber pangan, dan sisi lain manusia/peternak sebagai pengelola (tenaga kerja).
Berbicara tentang pengembangan sapi maka dapat dibagi atas tiga hal yaitu ada input produksi, ada proses budidaya, dan ada output produksi. Pemeliharaan sapi memerlukan input utama adalah pakan, disamping input yang lain seperti obat-obatan, dll. Dalam proses budidaya dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik seperti tingkat kelahiran ternak yang tinggi (minimal sekali dalam setahun) dengan melalui kawin alam. Namun demikian, tingkat kelahiran yang tinggi dapat dicapai jika adanya dukungan/dilakukan introduksi teknologi inseminasi buatan. Dengan teknologi IB tingkat kelahiran ternak dapat lebih ditingkatkan.
Output dari ternak sapi adalah berupa anak sapi jika dilakukan breeding (pembibitan), atau ternak sapi/daging jika dilakukan penggemukan. Disamping output tersebut juga dihasilkan limbah feses. Dengan sentuhan teknologi maka feses dapat diolah menjadi biogas sebagai sumber energi untuk keperluan memasak misalnya pada keluarga petani, dan pupuk yang digunakan untuk tanaman padi di sawah.
Dengan demikian, pengembangan peternakan dengan pendekatan agroekosistem adalah sebuah pendekatan secara holistik dan simultan, serta solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan di tingkat petani. Berbagai keterbatasan sumberdaya misalnya kelangkaan pupuk, kelangkaan minyak tanah, kekurangan pakan ternak dapat diatasi dan segala sumberdaya dimanfaatkan secara optimal. Semoga pendekatan agroekosistem dengan pola integrasi tanaman dan ternak sapi dapat terwujud terutama untuk mendukung peningkatan populasi sapi sejuta ekor di tahun 2013 di Sulawesi Selatan. Dan hal paling menentukan keberhasilan pola integrasi tanaman dan ternak sapi adalah adanya integrasi dan sinergi kebijakan antar sub sektor dalam pertanian dengan pandangan secara holistik dan menghilangkan adanya egosektoral.













BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
        Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit Biosystems melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju struktur biotik tertentu dan ada siklus material antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi ada.
Komponen ekosistem dibagi menjadi dua macam, yaitu komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah komponen yang berupa makhluk tak hidup. Sedangkan, komponen biotik adalah komponen yang berupa makhluk hidup.
Untuk menjaga keseimbangan pada ekosistem, maka terjadi peristiwa makan dan dimakan. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan populasi suatu organisme. Peristiwa makan dan dimakan antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem membentuk rantai makanan dan jaring-jaring makanan.

3.2  Saran
Adapun saran yang dapat penulis ajukan pada makalah ini adalah agar kiranya para pembaca sekalian dapat bersama saling menjaga ekosistem yang ada di bumi ini. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekuarangan, untuk penulis mengharapkan kritik dan saran agar terciptanya makalah yang lebih sempurna.








DAFTAR PUSTAKA

Purwoko, Agung. et al. 2007. Cakupan luas tentang ekosistem. Semarang: CV Mitra Media Pustaka.
Susilowarno, Gunawan. et al. 2007. Ekosistem peternakan. Jakarta: Grasindo.
Winatasasmita, Djambur dan Sukarno. 2000. Biologi 1. Jakarta: PT Garuda Maju Cipta.
www.brainneiyudi.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar