KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah penulis yang berjudul “ Konsep Ekosistem “. Pada makalah ini penulis banyak
mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak
.oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh
dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang
membaca…
Taluk
Kuantan, November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................................. i
Daftar
Isi...................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3
Tujuan Makalah................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................................ 3
2.1
Pengertian Ekosistem Secara Luas.................................................................... 3
2.2
Komponen Ekosistem Dan Interaksi Antar
Komponen.................................... 5
2.3
Keseimbangan Ekosistem.................................................................................. 10
2.4
Hubungan Ekosistem Dengan Peternakan......................................................... 11
BAB
III PENUTUP..................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 14
3.2 Saran................................................................................................................. 14
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekosistem
merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara
tamu dengan lingkungan. Ekosistem dapat dianggap sebagai suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara semua elemen lingkungan yang mempengaruhi
satu sama lain.
Ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit Biosystems melibatkan interaksi timbal
balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju
struktur biotik tertentu dan ada siklus material antara organisme dan
anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi ada.
Dalam
ekosistem, organisme berkembang di masyarakat bersama-sama dengan lingkungan
fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk hidup. Ide ini
didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, dalam mikroorganisme
tertentu, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem
kontrol yang menjaga negara di bumi cocok untuk kehidupan”.
Kehadiran,
kelimpahan dan distribusi spesies dalam ekosistem ditentukan oleh ketersediaan
sumber daya serta kimia dan kondisi fisik dari faktor-faktor yang harus berada
dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, ini disebut hukum
toleransi . Misalnya: Panda memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, namun
memiliki toleransi yang sempit terhadap makanan, yaitu bambu. Dengan demikian,
panda dapat hidup di ekosistem dengan kondisi apapun asalkan itu hadir dalam
ekosistem bambu sebagai sumber makanan.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian ekosistem secara luas?
2. Seperti
apa komponen ekosistem dan interaksi antar komponen?
3. Bagaimana keseimbangan ekosistem?
4. Apakah hubungan ekosistem dengan
peternakan?
1.3
Tujuan
Makalah
1. Untuk
mengetahui apa pengertian ekosistem secara luas.
2. Untuk
mengetahui seperti apa komponen ekosistem dan interaksi antar komponen.
3. Untuk
mengetahui bagaimana
keseimbangan ekosistem.
4. Untuk
mengetahui apakah
hubungan ekosistem dengan peternakan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekosistem Secara Luas
Istilah
Ekosistem pertama kali
dipopulerkan oleh A.G Tansley (1935), sebelumnya, pengertian ekosistem disamakan dengan pengertian Bioconenosis oleh Karl Mobius. S.A. Forbes (1887)
menulis tentang mikrokosmos yang juga mempunyai definisi yang sama dengan
pengertian ekosistem. Ekosistem
juga diartikan sebagai holocoen oleh Friedrichs (1930), Thienemann (1939)
sebagai biosistem, Vernadsky (1944) sebagai bioenert body.
Pengertian Ekosistem
adalah tatanan kesatuan secara kompleks yang di dalamnya terdapat habitat,
tumbuhuan, dan binatang dipertimbangkan sebagai unit kesatuan secara utuh,
sehingga semuanya akan menjadi bagian mata rantai siklus materi dan aliran energi.
Bahkan ekosistem dikatakan sebagai suatu unit fungsional dasar dalam ekologi
karena merupakan kesatuan terkecil yang memiliki komponen secara lengkap,
memiliki relung ekologi secara lengkap, serta di dalamnya terjadi proses
ekologi secara lengkap, sehingga di dalam ekosistem siklus materi dan arus
energi berjalan sesuai dengan kondisi ekosistemnya. Dengan demikian, ekosistem
dapat juga didefinisikan sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
Semua
ekosistem, baik ekosistem terestrial (daratan) maupun akuatik (perairan)
terdiri atas komponen komponen yang dapat dikelompokkan berdasarkan segi trofik
dan segi struktur dasar ekosistem. Berdasarkan segi trofik, komponen biotik
dalam ekosistem terdiri atas dua komponen, yaitu autotrofik dan komponen
heterotrofik.
Berdasarkan
segi struktur dasar ekosistem, semua ekosistem terdiri atas empat komponen
antara lain komponen abiotik (nonhayati), komponen produsen, komponen konsumen
(ada konsumen pertama, konsumen kedua, konsumen ketiga, dan mikrokonsumen), dan
komponen pengurai (decomposer dan transformer).
Ekosistem sekaligus sebagai habitat (tempat hidup) organisme yang ada di dalamnya. Di dalam habitat, setiap organisme mempunyai cara tertentu untuk hidup. Cara hidup organisme seperti itu disebut relung atau niche yang menunjukkan peranan fungsional dan posisi organisme dalam ekosistem. Relung, yaitu posisi atau status organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tetentu.
Ekosistem sekaligus sebagai habitat (tempat hidup) organisme yang ada di dalamnya. Di dalam habitat, setiap organisme mempunyai cara tertentu untuk hidup. Cara hidup organisme seperti itu disebut relung atau niche yang menunjukkan peranan fungsional dan posisi organisme dalam ekosistem. Relung, yaitu posisi atau status organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tetentu.
Berdasarkan UU Lingkungan Hidup tahun 1997,
ekosistem merupakan tatatan kesatuan cara yang utuh
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.
Unsur unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk
hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam
ekosistem yang masing masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup
sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling
berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
Di bumi terdapat berbagai macam
ekosistem yang di tempati oleh berbagai makhluk hidup yang memiliki peran
masing-masing. Dalam suatu ekosistem terdapat organisme tertentu yang
mendominasi ekosistem tersebut. Contohnya, ekosistem padang rumput yang
didominasi oleh tanaman rumput.
Di
dalam ekosistem terjadi proses yang disebut siklus materi dan aliran energi.
Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Energi yang
dimiliki oleh setiap organisme adalah energi kimia yang diperoleh dari
makanannya dalam bentuk protein, karbohidrat, lemak dan sebagainya. Energi
tersebut diciptakan pertama kali pada tingkatan produsen dengan mengubah energi
matahari ke dalam bentuk energi potensial. Perlu diketahui bahwa energi di
dalam ekosistem ini tunduk pada hukum termodinamika, yaitu hukum termodinamika
I dan hukum termodinamika II. Aliran energi dalam ekosistem akan selalu seirama
dengan siklus materi.
Kedua
proses tersebut berjalan melalui rantai makanan dan jejaring makanan. Di
samping itu, di alam juga terjadi siklus biogeokimia yaitu peredaran bahan
abiotik dari lingkungan melalui komponen biotik dan kembali lagi ke lingkungan.
Siklus biogeokimia dikelompokkan ke dalam tipe siklus gas (gas karbon,
nitrogen, belerang), siklus padatan / Siklus sedimen (fosfor), dan tipe siklus
air (hidrologi).
2.2
Komponen Ekosistem Dan Interaksi Antar
Komponen
A. Komponen Ekosistem
Ekosistem
merupakan interaksi bolak-balik antar makhluk hidup (biotik) dengan
lingkungannya (abiotik). Ilmu yang mempelajari tentang ekosistem disebut
ekologi. Ekologi berasal dari bahasaYunani, yaitu oikos yang artinya rumah, dan
logos artinya ilmu. Jadi, ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
interaksi antarmakhluk hidup dan interaksi antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
Sebelum
mempelajari tentang komponen ekosistem, kita harus mengetahui apa yang dimaksud
dengan individu, populasi, komunitas, dan habitat. Individu adalah satu makhluk
tunggal, contohnya seekor burung. Populasi adalah kumpulan dari individu yang
sama yang menempati suatu tempat tertentu. Tempat hidup suatu makhluk hidup
disebut habitat. Kumpulan populasi akan membentuk suatu komunitas. Kumpulan
komunitas akan membentuk suatu ekosistem.
Dalam suatu
ekosistem terjadi interaksi atau hubungan antara makhluk hidup dengan makhluk
hidup sejenisnya, dengan makhluk hidup lain jenis, maupun interaksi dengan
lingkungannya berupa makhluk tak hidup, seperti: air, udara, tanah, cahaya
matahari, suhu, angin, dan kelembapan.
Komponen
ekosistem dibagi menjadi dua macam, yaitu komponen abiotik dan biotik. Komponen
abiotik adalah komponen yang berupa makhluk tak hidup. Sedangkan, komponen
biotik adalah komponen yang berupa makhluk hidup.
A. Komponen Abiotik
Komponen a
biotik m erupakan komponen ekosistem berupa benda tak hidup yang terdapat di
sekitar makhluk hidup. Komponen abiotik yang berpengaruh pada ekosistem, antara
lain:
1. Cahaya Matahari
Cahaya
matahari merupakan faktor abiotik yang terpenting untuk menunjang kehidupan
di bumi. Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi tumbuhan yang diperlukan
dalam proses fotosintesis. Cahaya matahari juga memberikan rasa hangat untuk
semua makhluk.
2. Udara
Udara
merupakan komponen abiotik yang sangat diperlukan makhluk hidup. Hewan dan
manusia menggunakan oksigen yang terdapat di udara untuk bernapas dan
mengeluarkan karbon dioksida ke udara. Sedangkan, tumbuhan mengambil karbon
dioksida dari udara untuk proses fotosintesis dan menghasilkan oksigen sebagai
produk sampingan. Oksigen ini dilepaskan ke udara untuk digunakan oleh semua
makhluk hidup. Dengan demikian, terjadilah perputaran zat yang berlangsung
terus menerus. Peristiwa ini menunjukkan adanya saling keter-gantungan dan
saling membutuhkan antara makhluk hidup dan lingkungannya.
3. Suhu
Suhu
sangat mem pengaruhi lingkungan dan kehidupan makhluk hidup di lingkungan
tersebut. Ada makhluk hidup yang mampu hidup di lingkungan dengan suhu rendah,
ada pula makhluk hidup yang mampu hidup di lingkungan dengan suhu tinggi.
4. Air
Air merupakan faktor abiotik yang sangat
penting untuk menunjang suatu kehidupan. Semua sel dan jaringan terdiri atas
air. Air merupakan media pelarut zat-zat yang dibutuhkan dan media pengangkut
dalam tubuh hewan dan tumbuhan. Air juga merupakan suatu bentuk habitat bagi
makhluk hidup, seperti: danau, sungai, dan laut. Air sangat mempengaruhi proses
kehidupan.
5. Tanah
Tanah berfungsi sebagai tempat hidup berbagai makhluk
hidup dalam suatu ekosistem. Di dalam tanah terdapat zat hara yang merupakan
mineral penting untuk mempertahankan proses di dalam tubuh, terutama bagi
tumbuhan. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup di dalamnya
berbeda.
B. Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen
ekosistem berupa berbagai makhluk hidup yang ada di dalam suatu ekosistem. Tiap
komponen memiliki peranan masing-masing yang erat kaitannya dalam pemenuhan
kebutuhan akan makanan. Hal ini menyebabkan terjadinya keseimbangan di dalam
ekosistem Berdasarkan peranannya di dalam ekosistem, komponen biotik
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Produsen
Di dalam e
kosistem semua tumbuhan hijau adalah produsen. Tumbuhan dapat membuat
makanannya sendiri dengan melakukan fotosintesis. Di dalam ekosistem air yang
berperan sebagai produsen adalah fitoplankton, yang merupakan tumbuhan hijau
yang amat kecil yang melayang-layang di dalam air. Fitoplankton selalu
menghasilkan berton-ton makanan yang menjadi sumber makanan bagi hewan-hewan
air yang lain.
2. Konsumen
Manusia
dan h ewan tidak dapat membuat makanan sendiri. Oleh karena itu, manusia dan
hewan memperoleh makanan dari tumbuhan sehingga disebut konsumen. Konsumen
sangat tergantung pada produsen, begitu juga sebaliknya, konsumen mempengaruhi
kelangsungan hidup produsen. Karbon dioksida dari sisa pernapasan hewan dan
manusia dibutuhkan tumbuhan untuk proses fotosintesis (membuat makanan).
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dibagi menjadi tiga macam, yaitu herbivora,
karnivora, dan omnivora.
a. Herbivora
Herbivora adalah hewan pemakan
tumbuhan. Hidupnya sangat bergantung pada tumbuhan secara langsung. Makhluk
hidup yang memakan langsung tumbuhan disebut juga sebagai konsumen tingkat
pertama. Contoh hewan-hewan pemakan tumbuhan adalah kerbau, domba, kambing,
kelinci, sapi, dan lain sebagainya.
b. Carnivora
Carnivora adalah makhluk hidup yang
memakan daging makhluk hidup yang lain. Biasanya, carnivora memakan makhluk
hidup herbivora. Dengan kata lain, carnivora adalah konsumen tingkat kedua.
Contoh hewan yang termasuk carnivora adalah singa, harimau, dan buaya.
c. Omnivora
Makhluk hidup yang memakan tumbuhan
dan daging makhluk hidup lain disebut omnivora. Hewan omnivora merupakan
pemakan segalanya (tumbuhan dan hewan). Contohnya adalah babi dan itik.
3. Pengurai
Pengurai
atau d ekomposer adalah organisme atau makhluk hidup yang berfungsi menguraikan
sampah atau sisa-sisa makhuk hidup yang mati. Pengurai berfungsi sebagai
penghubung peredaran zat dari konsumen ke produsen. Zat yang telah diambil oleh
konsumen dari produsen akan kembali lagi ke produsen melalui proses penguraian
oleh pengurai. Dengan peristiwa pembusukan ini, zat-zat yang dulu menjadi
bagian dari tumbuhan dan hewan diuraikan dan dirombak. Hasilnya digunakan oleh
tumbuhan untuk membuat makanan.
Pengurai
terdiri atas makhluk hidup berukuran kecil yang hidup di tanah, air, maupun di
udara. Contohnya bakteri dan jamur-jamur saprofit.
B. Interaksi Antar komponen
Ekosistem
Komponen-komponen
dalam ekosistem saling berinteraksi. Interaksi ini dibedakan menjadi beberapa
tingkatan, yaitu:
1. Interaksi Antarorganisme
Setiap
individu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu berinteraksi dengan
individu sejenis atau lain jenis, baik dalam satu komunitas atau dengan
komunitas lain. Interaksi antarorganisme dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, yaitu:
a. Parasitisme
Parasitisme ad alah hubungan antara
dua organisme yang berbeda jenis, yang satu untung dan yang lain dirugikan.
Contohnya benalu dengan inangnya. Benalu mampu berfotosintesis karena memiliki
zat hijau daun, tetapi benalu menyerap air dari inangnya. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan inang yang ditumpangi menjadi terganggu karena kebutuhan air untuk
fotosintesis berkurang sehingga makanan yang dihasilkan sedikit. Jika benalu
makin tumbuh dan berkembang, maka inang dapat mengalami kematian.
b. Komensalisme
Komensalisme ad alah hubungan antara
dua organisme yang berbeda jenis, yang satu untung dan yang lain tidak
dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang ditumpanginya. Anggrek hanya
menempel pada pohon yang ditumpanginya untuk mendapatkan sinar matahari. Pohon
yang ditumpangi anggrek tidak mengalami kerugian apapun.
c. Mutualisme
Mutualisme adalah hubungan antara
dua organisme yang berbeda jenis yang saling menguntungkan. Contohnya bunga dan
lebah. Bunga menghasilkan madu yang disukai lebah dan lebah membantu
penyerbukan bunga. Oleh karena itu, keduanya memperoleh keuntungan.
2. Interaksi Antarpopulasi
Interaksi antarpopulasi dapat
terjadi secara langsung atau tidak langsung. Contoh interaksi antarpopulasi
adalah kompetisi. Kompetisi merupakan interaksi yang memiliki kepentingan yang
sama sehingga terjadi persaingan antarpopulasi. Misalnya, persaingan antara
populasi singa dengan harimau yang memperebutkan makanan.
3. Interaksi antara Komponen Biotik dan
Abiotik
Dalam suatu e kosistem, komponen
abiotik berpengaruh atau menentukan jenis makhluk hidup yang sesuai dengan
lingkungannya. Sebaliknya, komponen biotik pun berpengaruh pada komponen
abiotik.
2.3
Keseimbangan Ekosistem
Secara
alami suatu ekosistem dalam keadaan seimbang. Keseimbangan ini akan terganggu
bila ada gangguan dari luar, seperti bencana alam atau campur tangan manusia.
Komponen penyusun ekosistem tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling
tergantung. Suatu komponen biotik yang ada di dalam ekosistem ditunjang oleh
komponen biotik lainnya. Dalam suatu ekosistem selalu terjadi perubahan jumlah
populasi tumbuhan, herbivora, dan karnivora (komponen biotik).
Alam akan
mengatur ekosistem sedemikian rupa sehingga perbandingan antara jumlah produsen
dan konsumen selalu seimbang. Keseimbangan alam (ekosistem) akan terpelihara
bila komposisi komponen-komponennya (komponen biotik maupun komponen abiotik)
dalam keadaan seimbang.
Untuk
menjaga keseimbangan pada ekosistem, maka terjadi peristiwa makan dan dimakan.
Hal ini bertujuan untuk mengendalikan populasi suatu organisme. Peristiwa makan
dan dimakan antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem membentuk rantai makanan
dan jarring-jaring makanan.
- Rantai Makanan
Proses
makan dan dimakan terjadi dalam suatu ekosistem. Dalam suatu ekosistem terjadi
peristiwa makan dan dimakan dalam suatu garis lurus yang disebut rantai
makanan. Rantai makanan ini terjadi jika satu jenis produsen dimakan oleh satu
jenis konsumen pertama, konsumen pertama dimakan oleh satu jenis konsumen
kedua, dan seterusnya. Konsumen yang menjadi pemakan terakhir disebut konsumen
puncak. Rantai makanan terjadi di berbagai ekosistem. Di antara rantai makanan
tersebut terdapat pengurai, karena pada akhirnya semua makhluk hidup akan mati
dan diuraikan oleh pengurai.
2.
Jaring-Jaring
Makanan
Di alam ini satu produsen tidak
hanya dimakan oleh satu jenis konsumen pertama. Tetapi, bisa dimakan oleh lebih
dari satu jenis konsumen pertama, satu jenis konsumen pertama dapat dimakan
lebih dari satu jenis konsumen kedua dan seterusnya.
3.
Piramida
Makanan
Dalam
ekosistem ya ng seimbang jumlah produsen lebih banyak daripada jumlah konsumen
tingkat I, jumlah konsumen tingkat II lebih banyak daripada konsumen tingkat
III, demikian seterusnya. Hal ini disebabkan oleh hilangnya energi pada setiap
tingkatan makanan. Jika rantai makanan digambarkan dari produsen sampai
konsumen tingkat tinggi, maka akan terbentuk suatu piramida makanan.
2.4 Hubungan
Ekosistem Dengan Peternakan
Sering terdapat pandangan kurang
tepat melihat sumberdaya ternak dan pengelolaannya sebagai bagian berdiri
sendiri. Selama ini pandangan kita hanya melihat pengembangan ternak
terpisahkan dengan sektor pertanian lainnya. Pandangan ini juga terjadi di
subsektor tanaman pangan. Kekeliruan pandangan seperti dikemukakan di atas
menimbulkan deviasi permasalahan dalam pengembangan peternakan. Permasalahan
yang dapat terjadi adalah ternak mengganggu tanaman lainnya, padahal ternak
dapat dioptimalkan fungsinya sebagai sumber tenaga kerja di sub sektor tanaman
pangan, dapat menghasilkan pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah dan
tanaman. Akibatnya tidak jarang ternak dianggap hama, sesuatu yang keberadaannya
dianggap merugikan.
Diperlukan pendekatan sistem dalam
pengelolaan ternak. Pendekatan sistem adalah pendekatan yang sinergi (saling
menunjang), holistik (pandangan menyeluruh, tidak parsial/sendiri-sendiri),
terpadu, dan saling mengisi antar sub sistem yang ada dalam sebuah sistem. Jika
pendekatan sistem ini kita gunakan untuk pengelolaan ternak, maka segala hal
yang terkait dengan pengembangan ternak dalam bentuk subsistem harus sinergi
seperti lahan, pakan, peternak, dll. Segala sub sistem harus terpadu dalam
sebuah agroekosistem.
Sebelum kita berbicara tentang
pendekatan agroekosistem dalam pengelolaan ternak terlebih dahulu kita membahas
tentang bagaimana ekosistem. Ekosistem adalah sebuah sistem dan dapat dilihat
secara struktural.
Jika dasar pemikiran kita melihat
pengelolaan ternak melalui pendekatan sistem, maka ternak akan berada pada
sebuah sistem yaitu sistem pertanian secara luas atau agroekosistem.
Agroekosistem adalah sebuah sistem pertanian dimana subsistem dan subsubsistem
di dalamnya saling terkait. Diketahui bahwa pertanian secara luas terdiri atas
perkebunan, pertanian/tanaman pangan, kehutanan, perikanan, dan peternakan.
Peternakan yang merupakan bagian dari agroekosistem harus bersinergi dan
terpadu dengan bagian agroekosistem yang lain, khususnya saling mendukung dalam
memanfaatkan sumberdaya seperti lahan.
Agroekosistem sebagai sebuah
pendekatan dalam pengembangan peternakan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
dengan pola integrasi ternak dan tanaman atau crop livestock system. Tanaman
disini dapat diartikan sebagai intergrasi ternak-padi, integrasi ternak-jagung,
integrasi ternak-coklat, integrasi ternak-kelapa, dll. Dalam crop livestock
system keberadaan ternak dan tanaman saling terpadu dalam satu agroekosistem.
Model pengembangan agroekosistem dalam pengembangan peternakan yang secara
operasional dapat dikembangkan/dilakukan di tingkat petani yaitu dengan pola
integrasi tanaman pangan (crop) dengan ternak sapi.
Pengembangan ternak sapi dan
tanaman pangan dalam sebuah agroekosistem tidak dapat dipisahkan dengan potensi
dan kemampuan manusia (peternak/petani). Manusia sangat bergantung juga dengan
tanaman padi dan ternak sapi sebagai sumber pangan, dan sisi lain
manusia/peternak sebagai pengelola (tenaga kerja).
Berbicara tentang pengembangan sapi
maka dapat dibagi atas tiga hal yaitu ada input produksi, ada proses budidaya,
dan ada output produksi. Pemeliharaan sapi memerlukan input utama adalah pakan,
disamping input yang lain seperti obat-obatan, dll. Dalam proses budidaya
dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik seperti tingkat kelahiran ternak
yang tinggi (minimal sekali dalam setahun) dengan melalui kawin alam. Namun
demikian, tingkat kelahiran yang tinggi dapat dicapai jika adanya
dukungan/dilakukan introduksi teknologi inseminasi buatan. Dengan teknologi IB
tingkat kelahiran ternak dapat lebih ditingkatkan.
Output dari ternak sapi adalah
berupa anak sapi jika dilakukan breeding (pembibitan), atau ternak sapi/daging
jika dilakukan penggemukan. Disamping output tersebut juga dihasilkan limbah
feses. Dengan sentuhan teknologi maka feses dapat diolah menjadi biogas sebagai
sumber energi untuk keperluan memasak misalnya pada keluarga petani, dan pupuk
yang digunakan untuk tanaman padi di sawah.
Dengan demikian, pengembangan
peternakan dengan pendekatan agroekosistem adalah sebuah pendekatan secara
holistik dan simultan, serta solusi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
di tingkat petani. Berbagai keterbatasan sumberdaya misalnya kelangkaan pupuk,
kelangkaan minyak tanah, kekurangan pakan ternak dapat diatasi dan segala
sumberdaya dimanfaatkan secara optimal. Semoga pendekatan agroekosistem dengan
pola integrasi tanaman dan ternak sapi dapat terwujud terutama untuk mendukung
peningkatan populasi sapi sejuta ekor di tahun 2013 di Sulawesi Selatan. Dan
hal paling menentukan keberhasilan pola integrasi tanaman dan ternak sapi
adalah adanya integrasi dan sinergi kebijakan antar sub sektor dalam pertanian
dengan pandangan secara holistik dan menghilangkan adanya egosektoral.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit Biosystems melibatkan interaksi timbal
balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju
struktur biotik tertentu dan ada siklus material antara organisme dan
anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua energi ada.
Komponen
ekosistem dibagi menjadi dua macam, yaitu komponen abiotik dan biotik. Komponen
abiotik adalah komponen yang berupa makhluk tak hidup. Sedangkan, komponen
biotik adalah komponen yang berupa makhluk hidup.
Untuk
menjaga keseimbangan pada ekosistem, maka terjadi peristiwa makan dan dimakan.
Hal ini bertujuan untuk mengendalikan populasi suatu organisme. Peristiwa makan
dan dimakan antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem membentuk rantai makanan
dan jaring-jaring makanan.
3.2 Saran
Adapun
saran yang dapat penulis ajukan pada makalah ini adalah agar kiranya para
pembaca sekalian dapat bersama saling menjaga ekosistem yang ada di bumi ini.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekuarangan,
untuk penulis mengharapkan kritik dan saran agar terciptanya makalah yang lebih
sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Purwoko, Agung.
et al. 2007. Cakupan luas tentang ekosistem. Semarang: CV Mitra
Media Pustaka.
Susilowarno,
Gunawan. et al. 2007. Ekosistem
peternakan. Jakarta: Grasindo.
Winatasasmita,
Djambur dan Sukarno. 2000. Biologi 1. Jakarta: PT Garuda Maju Cipta.
www.brainneiyudi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar